Sabtu, 19 Januari 2013

Peta Lokasi-Lokasi Banjir Jakarta

Menghadapi situasi cuaca yang tidak menentu di Jakarta dan antisipasi kemungkinan harus menghadapi banjir di jalan, Google Crisis Response menerbitkan peta lokasi banjir di Jakarta. Informasi yang tersedia di link tersebut cukup lengkap. Silahkan Anda klik link tersebut di atas, untuk mengetahui dan mengupdate informasi-informasi terkait banjir di Jakarta beberapa hari terakhir ini.

Sekilas Peta Banjir dari Google Crisis Response

Klik di Google Crisis Response untuk info lebih lengkap.

Rabu, 09 Januari 2013

Perbedaan Redenominasi dengan Sanering

Akhir-akhir ini di media massa ramai membicarakan mengenai redenominasi. Analisis maupun komentar para pakar pun saling bersahutan. Ada yang setuju dengan rencana pemerintah tersebut, tapi tidak sedikit pula yang kurang setuju dengan berbagai alasan. Lepas dari komentar para pakar, di masyarakat luas sendiri ada yang sudah paham, tapi banyak pula yang masih kuatir atau bingung. Kebingungan masyarakat  terutama mengenai apakah redenominasi sama dengan sanering atau tidak. Kebingungan tersebut sangat beralasan mengingat mereka belum lupa dengan peristiwa kebijakan sanering pemerintah tahun 1959, yang  memangkas kemampuan daya beli uang. Untuk membantu mengurangi kebingungan dan kekhawatiran tersebut, berikut ini  sedikit penjelasan mengenai bagaimana membedakan redenominasi dengan sanering secara sederhana dan mudah.

Apa itu Redenominasi?
Dari definisi redenominasi diartikan sebagai proses penyederhanaan jumlah digit pada denominasi uang, misalnya dengan mengurangi angka “0” dari uang kertas dan uang logam yang beredar di masyarakat dengan tanpa merubah nilai tukar, nilai riel atau daya beli uang terhadap barang dan jasa. 
Contoh sedeharnanya, pemerintah Indonesia berencana melakukan redenominasi yaitu dengan menyederhanakan nilai Rupiah dengan menghilangkan 3 angka “0”, misal Rp50.000 menjadi Rp50,-. Maka nilai tukar/riel Rp50.000,- lama (sebelum redenominasi) akan sama dengan nilai tukar/riel Rp50,- baru (setelah redenominasi). Jadi harga sandal yang Rp50.000,- (sebelum redenominasi) nantinya dapat dibeli dengan harga Rp50,- dengan uang baru (setelah redenominasi). Jadi tidak ada perubahan atas nilai kekayaan atau dengan kata lain daya beli uang tetap (lihat ilustrasi di bawah ini).
Ilustrasi: Redenominasi Tidak Merubah Daya Beli Masyarakat

Lalu apa yang dimaksud dengan sanering? 
Sanering adalah pemotongan nilai uang sedangkan harga-harga barang tetap bahkan cenderung meningkat sehingga daya beli efektif masyarakat menjadi menurun. Kebijakan sanering (pemotongan uang) adalah memotong nilai tukar, nilai riel atau daya beli dari uang yang beredar misal Rp.50.000,- menjadi Rp50,-. Jadi yang dipotong bukan hanya jumlah angka “0”-nya tapi juga nilai tukar/riel atau daya beli uangnya. 
Dengan mengambil contoh harga sandal di atas, jika harga sandal yang Rp50.000,- (sebelum sanering) dan uang Anda hanya Rp50.000, maka setelah sanering dapat dipastikan Anda tidak lagi mampu membeli sandal dimaksud, karena nilai tukar/riel uang Anda telah dipotong dari Rp50.000 menjadi Rp50,- sementara harga sandal tetap Rp50.000. Artinya nilai beli atau daya beli uang turun atau terpangkas oleh kebijakan sanering (Lihat ilustrasi di bawah ini).
Ilustrasi: Sanering Menurunkan Daya Beli Masyarakat

Jadi kesimpulannya REDENOMINASI TIDAK SAMA DENGAN SANERING. Kalau yang akan dilakukan pemerintah adalah redenominasi maka dari sisi nilai tukar/riel uang tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Daya beli riel masyarakat dari uang Rupiah yang dimilikinya tidak akan berubah. Artinya masyarakat tidak akan dirugikan. 

Sabtu, 05 Januari 2013

Kritik dan Saran untuk PT KAI

KA Argo Lawu (photo by Wied)
PT KAI sedang melakukan transformasi ke arah yang lebih baik. Sebagai penumpang, saya sudah merasakan langsung perubahan-perubahan tersebut yang saya catat di SINI. Kita sambut positiflah transformasi PT KAI. Namun apakah perubahan-perubahan itu sudah cukup. Sebagai penumpang, ada beberapa catatan atau kritik yang mungkin bisa membantu PT KAI dalam meningkatkan pelayanannya.
  1. Karena saya membeli tiket secara online, maka saya harus menukar bukti pembelian online saya dengan tiket resmi paling tidak 1 jam sebelum keberangkatan. Dan karena berbagai hal dan kesibukan, saya baru bisa menukarkan pada hari H keberangkatan. Hari H jadwal keberangkatan saya kebetulan termasuk salah satu hari di mana penumpang KA lagi peak, antrian orang yang akan menukar bukti pesanan online-nya terlihat cukup panjang. Bagi yang yang datangnya mepet sementara di antrian dia masih agak jauh dari loket, terlihat mulai agak panik. Kereta sudah mau berangkat, tapi belum berhasil menukar bukti pembeliannya. Memang kemudian ada petugas yang membantu atau memberitahukan bahwa tiket dapat ditukar di loket lain yang ditunjuk, tapi bagi saya mestinya bisa lebih baik lagi. Bagaimana?
    • Semestinya kita yang membeli online bisa langsung mencetak tiket KA kita, jadi tidak perlu lagi menukarkan dengan tiket yang dicetak di loket. Untuk mencegah pemalsuan, sistemnya bisa menggunakan barcode, dimana nanti petugas tinggal memverifikasi tiket dengan identitas di pintu masuk peron. Memang perlu tambahan investasi, namun saya kira ini akan mempercepat proses dan mengurangi ketidaknyamanan penumpang. Selain itu, sistem ini dapat mengurangi biaya operasional PT KAI terutama biaya form pencetakan tiket.
    • Jika investasi sistem tersebut belum dimungkinkan, paling tidak ada papan-papan informasi yang dapat dilihat secara jelas mengenai apa yang harus dilakukan penumpang, sehingga calon penumpang tidak kebingungan. Atau paling enggak ada informasi bahwa penukaran bisa dilakukan di semua loket yang tersedia.
  2. Peralatan di toilet gerbong KA yang sudah tidak layak atau bocor. Akibatnya air banyak terbuang percuma karena kebocoran dan menggenang di lantai toilet. Mungkin ini tidak terjadi di semua gerbong, namun hal-hal detail seperti tetap memerlukan perhatian PT KAI.
  3. Ketersediaan alat-alat hiburan dan layanan di gerbong tidak standar. Jika Anda naik KA Argolawu kemudian naik KA Taksaka, walaupun sama-sama berlabel kereta eksekutif, maka Anda akan merasakan perbedaan baik dari kualitas gerbong, kursi, tv dll. Memang bisa jadi salah satu tiketnya  lebih murah, tapi seharusnya untuk kereta yang sama-sama berlabel eksekutif, seharusnya memiliki standar pelayananannya sama.
  4. Pedagang memang sudah tidak bisa masuk lagi ke dalam gerbong. Namun kalau kita berhenti di Stasiun Cirebon atau Purwokerto,  tidak secara fisik pedagang bisa masuk ke gerbong, tapi teriakan-teriakannya dalam menawarkan barang dagangannya di pintu gerbong atau di area perbatasan antar gerbong akan terdengar oleh seluruh penumpang. Bayangkan ketika kereta Anda masuk stasiun tersebut pada jam yang cukup larut malam, dan Anda sedang menikmati istirahat karena perjalanan yang cukup panjang, tiba-tiba mendengar teriakan orang-orang menawarkan gethuk goreng, sale pisang dan lain-lain. Sangat menganggu.., paling tidak untuk diri saya sendiri. 
  5. Transportasi lanjutan setelah turun dari kereta juga belum sepenuhnya mendapat perhatian. PT KAI sebaiknya tidak begitu saja lepas tangan setelah penumpang turun. Kalau di Jakarta-Gambir memang tidak menjadi masalah, karena banyak tersedia taksi yang dapat dipercaya yang secara tertib menunggu calon penumpang. Bagaimana dengan stasiun lain? Pengalaman saya adalah turun di stasiun Tugu Jogjakarta dan Jatinegara. Di stasiun Tugu Jogja, taksi-taksi yang tersedia di area parkir stasiun umumnya adalah taksi-taksi yang minta harga secara borongan (tidak mau pakai argo). Karena saya asli orang Jogja, maka saya dapat membandingkan harga taksi borongan di stasiun dan kalau pakai argometer (taksi dengan argo ini bisa ditemukan kalau kita mau jalan sedikit keluar area parkir stasiun, ujung jalan P. Mangkubumi). Rata-rata penumpang akan kena charge yang lebih mahal. Sementara kalau di stasiun Jatinegara, begitu kita keluar maka Anda akan menemui taksi-taksi gelap yang menawarkan jasanya ataupun antrian taksi biasa namun dari jenis taksi dengan reputasi tidak jelas. Anda harus berjalan agak jauh untuk mendapatkan taksi yang sudah dikenal baik reputasinya. Dan ini agak merepotkan ketika Anda membawa banyak bawaan dan anak kecil. Asal ingat saja, situasi lalu lintas di depan stasiun jatinegara cukup berbahaya karena selalu ramai dan cenderung agak tidak teratur.
  6. Strategi jemput bola. Ini guna meningkatkan layanan PT KAI. PT KAI bisa menyediakan shuttle-shuttle bus yang melakukan antar jemput penumpangnya dari stasiun ke titik-titik tertentu. Untuk penyediaan shuttle-shuttle bus ini PT KAI bisa menyediakan sendiri atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
Jadi bagaimana? Harus diakui memang PT KAI sudah mengalami banyak perubahan menuju arah yang lebih baik. Tapi  masih terdapat banyak ruang perbaikan yang bisa dilakukan. Kritikan dan saran di atas itu berasal dari apa yang saya rasakan sebagai penumpang. Bisa jadi ini subyektif, penumpang lain mungkin mendapatinya sebagai bukan masalah, tapi bisa jadi ada penumpang lain yang merasakan hal lain yang bisa juga jadi masukan untuk PT KAI. Last but not the least..  saya cukup gembira dengan perjalanan saya dengan naik KA…   keep up the good work PT KAI!

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Apakah Memang Sudah Berubah?

KA Argo Lawu (photo by Wied)
Dulu kereta api (KA) di Indonesia identik dengan pelayanan yang seadanya, ketidaknyamanan, atau gambaran sebuah perusahaan milik negara yang dikelola jauh dari harapan. Nah kalau sudah lama tidak, menggunakan jasa transportasi kereta api untuk perjalanan luar kota, mungkin bisa kembali mencobanya.  Anda mungkin akan terkejut dengan apa yang akan Anda temui. Dalam 2 bulan terakhir ini, paling tidak saya sudah mencoba 2 kali perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta dengan menggunakan jasa KA kita. Biasanya kami selalu mencari tiket pesawat dari budget airline, yang secara harga tiket tidak terlalu berbeda dengan naik KA. Namun mendengar banyak kabar bahwa PT KAI sudah banyak berubah, membuat penasaran juga seperti apa sih perubahan-perubahannya.

Perubahan pertama yang saya temui dibandingkan dengan pengalaman jaman dulu menggunakan kereta adalah tiket bisa dibeli secara on-line dengan menyertakan nomer identitas pribadi misal no. KTP atau SIM. Nampaknya PT KAI mulai lebih serius mencegah praktek percaloan tiket KA. Kalau dulu, walaupun tiket bisa dipesan sebelumnya, tapi kalau lagi peak season, jangan harap tiket dapat dengan mudah diperoleh. Biasanya tiket sudah habis jauh hari sebelumnya, tapi pas hari H jangan heran kalau banyak yang menawarkan tiket yang katanya sudah habis itu. Tentunya dengan tambahan “margin” yang kadang tidak sedikit, tergantung seberapa  tinggi demand tiketnya. Kalau pas lebaran misalnya, angka “margin” itu bisa seharga tiket itu sendiri. Usaha lain yang dilakukan PT KAI untuk menekan praktek percaloan ini adalah dengan menggunakan denda yang lumayan besar jika kita membatalkan tiket (25%) atau melakukan penggantian nama calon penumpang.

Perubahan kedua yang langsung bisa kita tahu adalah tidak ada lagi tiket berdiri. Artinya, PT KAI hanya menjual sesuai jumlah tempat duduk yang tersedia, baik untuk kereta eksekutif maupun kereta ekonomi. Tidak akan ada lagi kita temui orang-orang yang duduk atau tidur disepanjang lorong kereta api dalam perjalanan.  Aturan ini juga mencegah orang yang nekat naik tanpa tiket dan  melakukan “pembayaran” di atas KA. Bukan rahasia lagi, kalau banyak orang yang bekerja di Jakarta tapi keluarga di luar kota biasa disebut rombongan PJKA (Pulang Jumat Kembali Ahad). Ada sebagian dari mereka yang mencoba menghemat biaya dengan membayar di atas kereta yang tentunya jauh lebih murah dari membeli tiket secara resmi. 

Perubahan berikutnya yang langsung kita lihat adalah hanya penumpang yang boleh masuk ke area peron stasiun. Jadi penumpang akan diperiksa kartu identitasnya. Nama yang tertera dalam tiket harus sama dengan kartu identitasnya. Ini otomatis membuat orang yang punya akses ke area peron menjadi lebih sedikit, karena pengantar maupun yang tidak berkepentingan tidak bisa masuk lagi. Artinya penumpang bisa lebih nyaman menunggu kereta dan keamanan tentunya relatif lebih baik.
Bagaimana dengan di atas keretanya?
Ada beberapa hal yang dapat dicatat mengenai membaiknya kenyamanan di atas kereta:
- Tidak ada lagi penumpang berdiri
- Informasi bahwa tidak ada lagi penyajian makanan gratis terlihat jelas
- Larangan merokok di atas kereta
- Kereta terlihat bersih, ac dingin, dan air di toilet cukup melimpah;
- Tidak ada lagi pedagang yang bisa keluar masuk.

Itu beberapa perubahan baik di luar maupun di dalam gerbong yang bisa kita rasakan langsung. Yang saya tahu, banyak juga perubahan lainnya yang terasa lebih customer oriented dibanding PT KAI jaman dulu, misal pengkhususan stasiun (Misal: Gambir hanya untuk kereta eksekutif), desain dan layout stasiun yang lebih menarik, kebersihan stasiun, perubahan budaya kerja dll. Perubahan-perubahan yang menuju arah yang lebih baik bagi PT KAI ternyata berdampak positif. PT KAI kabarnya tahun 2012 ini kembali membukukan laba yang cukup besar yaitu Rp150 milyar (sumber Majalah Tempo).

Itu semua yang saya lihat dan saya ketahui. Pengalaman yang lumayan berbeda dengan pengalaman saya dulu menggunakan layanan KA. Tapi apakah itu semua sudah cukup? Saya ada beberapa saran dan kritik yang mungkin bisa memberi masukan kepada PT KAI.Sillahkan klik di sini untuk saran dan kritik saya sebagai penumpang KA.  

Kamis, 03 Januari 2013

Wisata Volcano Tour Merapi, Alternatif Tujuan Wisata di Jogja

Liburan semester ganjil TA 2012/13 ini bersamaan dengan libur akhir tahun (natal dan tahun baru). Seperti biasa, kami ajak anak-anak  ke Kebumen dan Yogyakarta . Kebumen dan Jogja memang hampir selalu jadi tempat favorit, karena selain banyaknya tempat wisata di sekitarnya, anak-anak bisa sekalian menengok eyang-eyang dan saudara-saudara mereka.

Nah pada kesempatan di Jogja kali ini, kami sempatkan untuk melihat  sisa-sisa letusan Gunung Merapi tahun 2010. Terus terang, selain pengin mengajak anak-anak melihat keindahan alam di lereng Merapi, kami ingin anak-anak bisa melihat sisa-sisa kehancuran di daerah tersebut sebagai pelajaran mereka untuk lebih mensyukuri karuniaNya.

Lokasi tempat wisata ini sangat mudah diakses. Kalau dari Jogja, bisa langsung ke Jalan Kaliurang. Kira-kira di km 17 (daerah Pakem, pas di lampu traffic light depan BPR BDE), ambil kanan lurus ke jalan Kalasan – Pakem (arah Cangkringan). Ikuti saja papan petunjuk ke arah Cangkringan/Kinahrejo, nanti ujung dari jalan tersebut akan ketemu areal parkir yang cukup luas. Sebelum sampai tempat itu, kira 1-2 km sebelumnya kita harus membayar karcis masuk, Rp3000/per orang.

Batu Alien
Lalu apa itu “Wisata Volcano Tour”?
Sebenarnya, dari tempat pembayaran tiket masuk sampai di area parkir, pengunjung sudah bisa melihat-lihat sisa-sisa keperkasaan Merapi. Dari rumah yang hancur, maupun pohon-pohon yang terbakar. Namun kalau sempat melihat di awal-awal bulan setelah letusan Merapi, maka sekarang sudah agak terasa perbedaannya. Kalau dulu terasa gersang, sekarang sudah mulai hijau kembali. Tapi kalau mau melihat area yang lebih luas, bekas aliran lahar maupun awan panas, batu-batu raksasa yang keluar dari mulut merapi, silahkan di coba dengan menyewa jeep yang tersedia di area parkir. Harga sewa jeep bervariasi, tergantung paket yang kita pilih. Harga paket penyewaan jeep searah dengan banyaknya lokasi kunjungan/durasi waktu yang kita pilih. Kisarannya antara Rp250 ribu s.d. Rp450 ribu. 
Contoh:
 Route terpendek dengan durasi perjalanan kira-kira 1 s.d. 1,5 jam dibandrol dengan harga Rp250 ribu (ini route yang kami ambil). Satu jeep kira-kira bisa diisi sampai 5 atau 6 orang. Routenya basecamp – Kali Opak – Tugu Ambruk – Dusun Petung – Dusun Jambu – Batu Alien – Kali Gendol – Dusun Kaliadem – Kampung Wisata Kaliadem – Gumuk Petung – Museum Bekas Erupsi Merapi – Gumuk Bol.

Museum Bekas Erupsi
Dari perjalanan, selain menikmati perjalanan dengan jeep terbuka dan menikmati sejuknya udara di lereng Merapi, kami juga bisa melihat dan membayangkan ketika lahar panas menerjang ketika melewati sungai yang dulu menjadi aliran lahar, kemudian awan panas wedhus gembel menyapu yang sisa-sianya masih terlihat dari rumah yang hancur atau sisa-sisa pohon yang terbakar, batu-batu ukuran raksasa yang membayangkan mengangkatnya saja rasanya tidak mungkin, beterbangan, dan juga menyaksikan sebuah desa yang tenggelam dalam lautan batu dan pasir. Kami juga sempat mampir ke Museum Bekas Merapi, dimana kami bisa melihat dampak erupsi merapi pada berbagai peralatan rumah tangga, sepeda motorm maupun binatang ternak.
Walaupun route yang kami ambil adalah route terpendek, bagi kami itu sudah terasa lebih dari cukup dan mampu memberikan tambahan pelajaran rohani yang dalam. Kami bisa menyaksikan langsung serta merasakan betapa dahsyatnya kekuatan alam dan betapa kecilnya manusia di hadapan Allah Azza Wa Jalla (Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung).

Untuk itu, jika ke Jogja, silahkan dicoba volcano tour ini ..